Jr. Info
Kamis, 03 Desember 2009
Di negeri ini, buat sebagian besar awam, semakin hari semakin bingung menilai mana yang bener dan mana yang nggak. Semua pihak, tentu nya para petinggi negara, masing-masing merasa bener. Bahkan untuk itu mereka berani bersumpah atas nama Tuhan dan agamanya masing-masing. Paling sedikit mereka berani menyebut bahwa itu semua fitnah. Dan itu disaksikan. Didenger serta ditonton oleh seluruh masyarakat negeri ini.
Lihat pada kasus KPK-Polri. Bibit dan Chandra yang disangkakan atas penyalahgunaan wewenang dam pemerasan lantang menolak tudingan Polri. Kemudian, usai rekaman hasil sadapan KPK atas dirinya diputar di Mahkamah Konstitusi, mantan Kabareskrim Polri Susno Duadji juga berani bersumpah dihadapan DPR RI dan publik.
Dan kini, skandal Bank Century yang akhirnya jadi agenda Hak Angket DPR RI juga nggak lepas dari perkara bantah menbantah tersebut. Adalah Trio Mallarangeng, yakni Andi Mallarangeng, Rizal Mallarangeng, dan Choel Mallarangeng melapor ke Polda Metro Jaya selasa kemarin (1/12). Mereka bertiga ditemani Menko Perekonomian Hatta Rajasa, anak kedua Presiden SBY, Edhie Baskoro untuk melaporkan koordinator Benteng Demokrasi Rakyat (Bendera) Mustar Bona Ventura dan aktivis Bendera Ferdi Simaun. Bendera resmi dilaporkan melakukan pencemaran nama baik terkait pernyataan tentang penerima aliran dana Bank Century.
Hari senin (30/11) lalu, LSM Bendera merilis aliran dana Bank Century yang masuk ke kalangan istana maupun lembaga lain. Data yang diliris Bendera terkait aliran dana itu meliputi; KPU menerima dana Rp 200 miliar, LSI Rp 50 miliar, FOX Rp 200 miliar, Partai Demokrat Rp 700 miliar, Edi Baskoro Yodhoyono Rp 500 miliar, Hatta Radjasa Rp 10 miliar, Mantan Panglima TNI, Djoko Suyanto Rp 10 miliar. Lalu, kepada mantan Jubir Presiden Andi Mallarangeng Rp 10 miliar, Rizal Mallarangeng Rp 10 miliar, Choel Mallarangeng Rp 10 miliar, serta aliran dana kepada pengusaha Hartati Murdaya Rp 100 miliar.
Memang data dari LSM Bendera ini terlalu dini unruk kita percayau kebenarannya. Namun kita semua juga menyayangkan sikap over reaktif dari Trio Mallarangeng, Hatta Radjasa ataupun Edhi Baskoro. Terlepas bener atau nggak nya kasus lapor-melapor ini kita semua dipaksa menelan mentah-mentah apa yang ada di hadapan kita. Ini semakin membuat kita semua bertanya-tanya, ada apa ini semua? Mengapa negeri ini orang gampang bersilat lidah?
Sebuah pertanyaan yang gampang-gampang susah dijawab bagi kita semua. Masing-masing kita punya jawaban dan itu jiga saling kita perdebatkan. Bahkan di DPR RI sendiri, tempat wakil-wakil kita memperjuangkan aspirasi kita masih berdebat dalam menyikapi skandal Bank Century ini.
Selasa (1/12) kemarin kita lihat bagaimana mereka telah saling emosional berdebat pada saat memulai perlu nggak nya dibacakan usulan substansi Angket Century. Meski akhirnya sidang paripurna Angket Century terlaksana, namun nggak kurang sidang wakil rakyat kita telah ternoda oleh kepercayaan masyarakat yang diwakilinya. Padahal idealnya mereka kompak dan bersatu mengusut perampokan uang negara, milik rakyat ini, senilai Rp 6,7 Triliun tersebut.
Ini semua bermula dari kita semua, khususnya petinggi negara yang nggak mampu atau dengan kata lain yang ekstrim nggak punya niat tulus serta bener dalam menjalankan amanah yang telah diberikan. Paling gampangnya adalah mereka saat ingin berkuasa, pas waktu kampanye bukan main berjanji menyuarakan demi kepentingan rakyat, negara dan bangsa.
Namun saat berkuasa, semua yang pernah mereka janjikan saat kampanye hilang ditelan bumi. Mereka lebih sibuk mengurus kelompok atau kroninya dan melupakan rakyat banyak yang telah memilih mereka. Padahal para petinggi negara itu semua adalah orang beragama. Dan ironisnya itu hanya tampak saat mereka bersumpah membela diri menghadapi tudingan miring. Nggak tampak dalam niat dan keseharian mereka dalam mengurus negara.
0 Ocehan:
Posting Komentar