Cerita Kita

     Saat-saat yang paling menegangkan adalah saat-saat dimana menunggu kenyataan. Gue nggak tau pasti darimana datangnya kata-kata itu, namun yang pasti itulah yang gue rasakan sekarang.
     Dalam diri ini, gue rasakan seperti ada 2 jiwa yang berbeda karakter yang saling berlawanan. Terkadang, gue sangggup tertawa sekaligus dimuliakan. Namun, tak jarang juga, gue menangis sekaligus di injak-injak.
     Gue nggak tau harus mulai darimana buat menumpahkan segenap kelatahan bahasa gue ini. Gue selalu saja menemukan kesulitan, hambatan, ganjalan ato bahkan dalam bahasa gue, “batu penghancur” setiap kali gue harus memulai dan menghantarkan makna dari ladang kata-kata.
Kehendak gue selalu menjadi pahlawan dengan gagah dan jantan bergerak maju mendahului kesadaraan gue.
     “Tertawalah! Tertawalah selepas mungkin hingga taring=taring loe keluar dan menghirup udara segar dari mulut loe sendiri. Curahkan ekspresi loe dalam jiwa, maka loe akan menemukan diri loe yang sesungguhnya. Tertawalah sekeras mungkin! Tertawa akan membuat loe menemukan apa yang hilang dari loe. Dan ini, berlaku dalam dunia para pemurung sekalipun.”
     Itulah sebuah ungkapan yang pernah berkata pada diri gue. Tak jelas darimana datangnya. Yang jelas, nikmati aja. Selayaknya juga loe menikmati hidup dalam dunia ini, di siang dan malam, di pagi yang cerah ato bahkan di saat semerbak kilatan tetesan embun dari langit, nikmatilah!
     Dunia ini yang tentunya menyimpan berjuta bintang dan kisah abadi yang tiada habisnya buat loe ceritakan setiap saat, setiap detik dan setiap langkah loe. Demikian juga gue, yang menghargai setiap kepenatan, pancaran murung ato dunia yang terlalu rahasia sekalipun.
     Terlalu banyak rahasia, apa lagi keganjian-keganjilan yang belom lagi gue, loe ato mereka ketahui. Berawal dari sinilah hidup ini menjadi mengairahkan buat di cumbui di setiap lekuk tubuhnya. Mulai dari wacana tubuh hingga kisah pemberontakan seksualitas, realitas senja sampe dengan kehangatan sastra. Dari gairah absurd hingga politik badut, tragedi cinta hingga kekalahan identitas. Semua menyimpan berjuta kata, makna, jiwa dan suka duka yang jika waktunya telah tiba, semuanya akan membunuh kita.
     Terkadang gue pengen berteriak keras, sekeras mungkin. Hingga telinga ini nggak lagi sanggup buat mendengar teriakan sendiri. Berteriak keras di tengah keramaian, di tengah malam, di himpitan jurang ato gedung-gedung pencakar jiwa. Namun buat apa? Hanya agar dunia berubah seperti apa yang kita mau? Huuff... sungguh, semua itu nggak bakalan pernah terjadi. Walaupun dalam mimpi sekalipun, dimanapun dan kepada siapa pun.
     Terkadang gue pun nggak sanggup, terkulai lemas, tak berdaya, terinjak oleh ganasnya budaya masa dan tumpukan sampah yang bau pekat memuakkan.
     Namun demikian, nikmatilah hidup ini seperti apa yang bisa kita nikmati. Biarkanlah dunia ini berjalan dengan semestinya. Semoga, esok kita masih bisa menikmati indahnya pagi, merasakan hangatnya mentari ato bahkan tenangnya cahaya bulan dan bintang.
     Dan pada akhirnya, tanpa gue, loe ato bahkan mereka sadari, kita pun sering mengakhiri cerita yang sesungguhnya nggak pernah dimulai. Namun demikian, inilah kehidupan.